Kamis, 15 November 2012
KOEFISIEN HUBUNGAN KEKERABATAN
Tugas Ilmu pemuliaan ternak mengenai Koefisien hubungan Kekerabatan Untuk lebih lengkapnya silahkan Download Di Sini
Senin, 18 Juni 2012
powerpoin reproduksi perkembangan embrio
OLEH
KELOMPOK II
MERSI D1B4 10 011
MITA SUMARIA D1B4 10 023
DAMIAN APRI D1B4 10085
HYDRA D1B4 10033
SARLIAN D1B4 10068
MUSFIDA D1B4 10029
JUWITA D1B4 1015I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses yang majemuk pada
setiap individu ternak. Reproduksi merupakan proses
perkembangan suatu makhluk hidup yang dimulai
sejak bersatunya sel telur dan sel mani menjadi
individu baru yang disebut zigot yang disusul dengan
kebuntingan dan diakhiri dengan kelahiran.
II. PEMBAHASAN
Embriogenesis adalah proses pembentukan
dan perkembangan embrio. Proses ini
merupakan tahapan perkembangan sel
setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan
pengaturan di tingkat sel. Sel pada
embriogenesis disebut sebagai sel
embriogenik.
A. FASE PERKEMBANGAN
EMBRIO
a. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang
diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai
dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
b. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma deng
an sel ovum yang akan menghasilkan zygote. Zygote aka
n melakukan pembelahan sel
(cleavage).
B. PERIODE PERKEMBANGAN
EMBRIO
a. Periode Persiapan
Kedua parent disiapkan untuk melakukan perkawinan. Gamet
mengalami proses pematangan sehingga mampu melakukan
pembuahan.
b. Periode Pembuahan
Kedua parent kawin, gamet melakukan perjalanan ke tempat
pembuahan, kemudian kedua jenis gamet pun melakukan
pembuahan.
c. Periode Pertumbuhan Awal
Pertumbuhan sejak zigot mengalami pembelahan berulang kali
sampai saat embrio memiliki bentuk primitif yaitu bentuk dan
susunan tubuh embrio masih sederhana dan kasar. Lanjutan.....
Periode pertumbuhan awal terdiri dari
empat tingkat, yaitu:
1) Tingkat Pembelahan (cleavage)
2) Tingkat Blastula
3) Tingkat Gastrula
4) Tingkat Tubulasi
C. PEMBENTUKAN EMBRIO ATAU
ORGANOGENESIS
Pada periode embrio/organogenesis ini meliputi
pembentukan:
1) Lapisan-lapisan lembaga (germ layer)
a) Endoderm (Lapisan germ yang paling dalam)
Pertama tampak ketika suatu lapisan sel
tunggal terdorong keluar dari inner cell mass dan
tumbuh mengelilingi blastokul merupakan awal/origo
dari sistem digesti, hepar, pulmo, organ internal lainLanjutan...
b) Mesoderm (Lapisan germ/lembaga tengah)
Lapisan sel-sel inner cell mass, yang terdorong
di antara endoderm dan ektoderm origo dari
sistem skelet, otot, sistem sirkulasi dan sistem
reproduksi
c) Ektoderm (Lapisan germ yang paling luar)
Origo dari sistem syaraf, organ indera, rambut,
gl.mamme (Toelihere,1979).Lanjutan...
2) Trofoblast akan menjadi:
a) Amnion
Non-vaskuler, berisi cairan yang dihasilkan fetus bantalan
untuk proteksi Robek saat kelahiran
b) Yolk sac
Sebagai cadangan makanan. Mammalia: atropi
c) Allantois
Penuh dengan pembuluh darah menyatu dengan chorion
(Allantochorion) membawa darah ke chorion
d) Chorion
Membran fetus terluar melekat pada induk (Toelihere,1979).
D. TAHAP-TAHAP EMBRIOGENIK
Morula
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat
pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan
sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya
morula
Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus
mengalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai
adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak
beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut
dengan Blastosoel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.Lanjutan...
Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang
pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai
lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh. Gastrula
pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat
rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah
lapisan dinding tubuh embrionya.
E. HORMON YANG BERPERAN DALAM
PERKEMBANGAN EMBRIO
Mekanisme homon pada saat bunting yang paling
berperan dalam kebuntingan salah satunya adalah
progesterone yang berfungsi menormalkan/
menekan kerja hormon estrogen sehingga semua
organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga
kebuntingan) (Toelihere,1979).
KESIMPULAN
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Yang disebut sebagai
sel embriogenik.
Tahapan fase embrionik yaitu morula, blastula, dan gastrula.
Periode perkembangan embrio terdiri dari periode persiapan, periode pembuahan, dan periode
pertumbuhan awal.
Pembentukan embrio atau organogenesis terdiri dari lapisan-lapisan lembaga? germ layer
(endoderm, mesoderm, dan ektoderm), trofoblast (amnion, yolk sac,allantois dan korion).
Hormon progesterone berfungsi menormalkan/ menekan kerja hormon estrogen sehingga
semua organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan)
Rabu, 02 Mei 2012
TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses yang majemuk pada
setiap individu ternak. Reproduksi merupakan proses perkembangan suatu makhluk
hidup yang dimulai sejak bersatunya sel telur dan sel mani menjadi individu
baru yang disebut zigot yang disusul dengan kebuntingan dan diakhiri dengan
kelahiran. Usaha peternakan di Indonesia sampai saat ini masih banyak
menghadapi kendala yang mengakibatkan produktivitas ternak yang rendah. Hal ini
ditengarai dengan banyaknya laporan dari peternak mengenai kasus gangguan
reproduksi yang mengakibatkan kerugian yang besar terhadap pemilik ternak.
Seekor ternak membutuhkan perkembangbiakan untuk
mempertahankan keturunan dan keberlangsungan kehidupan spesiesnya.
Perkembangbiakan adalah proses perkawinan dua ekor ternak, yakni jantan dan
betina yang biasa juga disebut sifat reproduksi ternak. Dalam proses
reproduksinya seekor ternak membutuhkan sel kelamin (gonad) sebagai substansi
yang akan membentuk individu baru, pada ternak dikenal ada dua jenis sel
kelamin yakni ovum dan spermatozoa. Proses reproduksi betina dalam menghasilkan
ovum (oogenesis) merupakan proses yang kompleks, dimana proses tersebut dimulai
pada fase prenatal kemudian dilanjutkan sampai individu tersebut mengalami
pubertas.
Perkembangan individu ternak postnatal dalam segi
reproduksinya mengalami tahapan yang bertingkat-tingkat, dimana pada ternak
betina terjadi proses folikulogenesis yakni proses perkembangan folikel yang
terjadi di dalam ovari. Tahapan folikulogenesis berakhir dengan ditandai
terjadinya proses ovulasi, yang menghasilkan ovum yang siap untuk tahapan
fertilisasi.
Pertemuan antara sel ovum dari ternak betina dengan
sel spermatozoa dari ternak jantan secara fisologis disebut fertilisasi yang
pada akhirnya akan membentuk embrio (individu baru). Proses reproduksi tersebut
berlangsung pada oviduk ternak betina. Kondisi fisiologis ternak
berpengaruh pada tahapan ini, setiap ternak yang berbeda spesiesnya akan
tahapan folikulogenesisnya, namun pada prinsipnya hampir sama pada beberapa
spesies ternak. Pengaruh fisiologis setiap ternak terkait pada kondisi dan
pengaruh hormonal dan genetis. Setiap tahapan reproduksi (oogenesis,
folikulogenesis dan maturasi oosit) ternak terkait oleh pengaturan gen, dimana
pengaturan gen terekspresikan mulai pada fase prenatal sampai postnatal seekor
individu. Dalam makalah ini selain akan menjelaskan tentang tahapan-tahapan
embrio, periode perkembngan embrio, serta pengaruh hormonal dalam setiap
tahapan reproduksi seekor ternak.
Melihat betapa pentingnya proses reproduksi
bagi suatu usaha peternakan bila mengingat bahwa tanpa adanya reproduksi,
mustahil produksi ternak dapat diharapakan menjadi maksimal. Oleh sebab itu
pengelolaan reproduksi merupakan bagian yang amat
penting dalam suatu usaha peternakan.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang fase perkembangan embrio, periode perkembangan
embrio, pembentukan embrio atau organogenesis, tahap-tahap embriogenik, serta hormon
yang berpengaruh dalam perkembangan embrio.
Manfaat dari
penulisan makalah ini adalah diketahuinya fase perkembangan embrio, periode
perkembangan embrio, pembentukan embrio atau organogenesis, tahap-tahap
embriogenik, serta hormon yang berpengaruh dalam perkembangan embrio pada sapi.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah
1. Bagaimana fase perkembangan embrio pada sapi
?
2. Bagaimana periode perkembangan embrio pada sapi?
3. Bagaimana pembentukan embrio atau
organogenesis pada sapi ?
4. Bagaimana tahap-tahap embriogenik pada sapi ?
5. Apa hormon yang berperan dalam perkembangan
embrio pada sapi ?
II TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan
dan perkembangan hewan dimulai sejak terbentuknya zigot.
Satu sel zigot akan tumbuh dan berkembang dengan tahap
"zigot-morula-blastula-gastrula" hingga terbentuk embrio.
Embrio akan berdiferensi sehingga terbentuk berbagai macam jaringan dan organ. Organ-organ
akan menyatu dan bergabung menjadi organisme. Kemudian, organisme tumbuh dan
berkembang menjadi organisme dewasa (Wikipedia, 2012).
Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa
pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa
FERTILISASI. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut
dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage)
menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Setelah peristiwa
fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio
akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah
proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon
yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang
terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan. HCG membuat hormon keibuan untuk
mengganggu siklus menstruasi normal, membuat proses kehamilan jadi berlanjut
(Kusmandanu, 2009).
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan
sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi
pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut
sebagai sel embriogenik (Anonim,
2010).
Hafez (2000) menyatakan bahwa kebuntingan
adalah suatu periode fisiologis pasca perkawinan ternak betina yang
menghasilkan konsepsi yang diikuti proses perkembangan embrio kemudian fetus
hingga terjadinya proses partus yang berlangsung sekitar 278 hari. Perkembangan
individu baru selama periode kebuntingan dibagi dalam (1) periode ovum yaitu
periode dari sejak terbentuknya zigote, morula dan blastula hingga implantasi
yang berlangsung antara 0-13 hari, (2) periode embrio yaitu periode dari
perkembangan blastula hingga pembentukan sistem organ termasuk plasenta yang
berlangsung antara 13-45 hari dan (3) periode fetus yaitu periode dari
pembentukan sistem organ dan plasenta hingga partus yang berlangsung dari 45
hari hingga partus (McDonald, 1975; Peters dan Ball 1987).
Keberhasilan kebuntingan sangat ditentukan
oleh beberapa proses penting di antaranya (1) folikel harus memiliki kemampuan
menghasilkan sel telur yang mampu dibuahi dan mengalami perkembangan embrionik,
(2) lingkungan oviduk dan uterus harus memiliki kelayakan untuk pengangkutan
gamet, fertilisasi dan perkembangan embrio dan (3) corpus luteum harus mampu
memelihara kebuntingan (Breuel, dkk., 1993). Sesaat setelah ovulasi maka sel
telur akan segera masuk ke tuba fallopii melalui infundibulum. Secara
berangsur-angsur perubahan fisiologi akan terjadi yaitu 8 jam setelah ovum
mengalami fertilisasi dan embrio akan menuju uterus untuk menyiapkan
perkembangan selanjutnya. Pembentukan membran plasenta sudah mulai terbentuk
pada 15-17 hari setelah fertilisasi yang merupakan periode Maternal Recognation
of Pregnancy dan bertujuan untuk mencegah pelepasan prostaglandin F2α dalam
melisiskan corpus luteum sehingga keberadaan progesteron dapat dipertahankan
dalam memelihara kebuntingan (Call, 1989; Beverly dan Sprott, 2004).
Beverly dan Sprott (2004) menyatakan bahwa
kebuntingan dapat ditentukan dalam tiga tahap. Tahap pertama meliputi tahap
kebuntingan 30-35 hari; 45 hari; 60 hari dan 90 hari. Kondisi embrio 30-35 hari
kebuntingan memiliki panjang sekitar ½ inchi dan terdapat gelembung seperti
balon yang berisi cairan dengan diameter ¾ inchi menyelimuti embrio. Usia
kebuntingan 45 hari, cornua uteri berisi fetus yang memiliki panjang sekitar 1
inchi. Membran luar dari dinding uterus berisi cairan dan adanya pertautan
antara karunkula dengan kotiledon dari membran fetus. Usia kebuntingan 60 hari,
cornua uteri yang dihuni oleh fetus nampak membesar hingga mencapai diameter
2½-3½ inchi dan panjang 8-10 inchi. Hal tersebut akan menarik uterus ke dalam
rongga tubuh hingga mencapai bagian pinggir dari pelvis.
Saat
kepala sperma menembus dinding telur, dan ekornya tertinggal di luar, dan
selanjutnya inti telur dan inti sperma bersatu. Setelah bersatu inilah ovum
telah menjadi zigot. Zigot merupakan sel diploid (2n) dengan jumlah
kromosom 23 pasang. Sambil zigot bergerak kearah uterus, zigot membelah secara
mitosis berkali-kali. Zigot akan membelah diri menjadi dua, empat, delapan,
enambelas, dan seterusnya, Pada saat embrio mencpai 32 sel disebut morula.
Morula ini nanti akan berkembang menjadi blastula. Pada blastula,
sel-sel bagian dalam akan membentuk bakal janin atau embrioblas,
sedangkan bagian luarnya membentuk trofoblas. Trofoblas ini merupakan
dinding yang berfungsi untuk menyerap makanan dan yang pada nantinya akan
membentuk plasenta. Selanjutnya blastula bergerak menuju ke uterus, pada dan
selama proses ini korpus luteum menghasilakn hormone progesterone. Hormon ini
berfungsi untuk implantasi atau perlekatan embrio dengan merangsang pertumbuhan
endometrium. Blastula setelah melakukan implantasi juga akan meleoaskan hormone
korionik gonadotropin, hormone ini akan melindungi kebuntingan dengan cara
menstimulasi hormone estrogen dan progesterone sehingga menstruasi pada primate
tidak dapat terjadi. Proses selanjutnya adalah membentuk gastrula atau disebut gastrulasi,
yaitu proses proses dimana bagian embrioblas membentuk dua lapisan, yaitu
lapisan luar atau ektodermis dan lapisan dalam atau endodermis. Dan pada bagian
permukaan dari lapisan ektodermis melakukan invaginasai kedalam membentuk lapisan
mesodermis ( Imamabror, 2010).
Proses
yang selanjutnya adalah organogenesis atau pembentukan organ. Pembentukan
terjadi dari ketiga lapisan dasar. yang akan membentuk organ, jaringan, dan
sistem organ. (Syamsuri, 2003).
Setalah
proses embryogenesis selesai, maka setelah ini adalah masa fetus perkembangan
fetus. Masa ini ditandai dengan penyempurnaan jaringan-jaringan dan organ-organ
dalam, serta pertumbuhan tubuh yang pesat. Perkembangan fetus ada tiga tahapan.
Tahapan pertama akan terpusat pada perkembnagan fungsi-fungsi organ seperti
otak, jantung dan paru-paru. Tahapan kedua adalah pertumbuhan yang terpusat
pada alat-alat gerak, dan pada tahapan ketiga bias dikatakan pertumbuhan sudah
lengkap (Syamsuri, 2003).
III
PEMBAHASAN
A. Fase Perkembangan Embrio
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan
sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi
pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut
sebagai sel embriogenik.
Tahapan pertumbuhan dan
perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu :
a. Fase
Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama
masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi
sampai dengan terbentuknya janin di dalam
tubuh induk betina.
b. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan
akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage).
Secara
umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain:
1.
Sel tunggal (yang telah
dibuahi)
2.
Blastomer
3.
Blastula
4.
Gastrula
5.
Neurula
6.
Embrio / Janin
Tahapan fase embrionik yaitu :
a.
Morula
Morula adalah suatu bentukan sel
sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara
satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya
morula
b.
Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang
terus mengalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya
perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di
dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan
Blastosoel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.
c.
Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula
yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding
tubuh embrio serta rongga tubuh. Gastrula pada beberapa hewan tertentu,
seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal
jumlah lapisan dinding tubuh embrionya. Triploblastik yaitu hewan yang
mempunyai 3 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm, mesoderm dan
endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi page 1 /seperti
Vermes, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata dan semua
Vertebrata. Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2 lapisan dinding
tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat
rendah seperti Porifera dan Coelenterata. Gastrulasi yaitu proses
pembentukan gastrula.
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ
tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini
berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
a. Lapisan Ektoderm
akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen
(kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm
akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon) alat reproduksi
(testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c. Lapisan Endoderm
akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar
pencernaan, dan alat respirasi seperti
pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio
dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.
Contohnya :
a. Lapisan mesoderm dengan
lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak
mata. Pertumbuhan dan perkembangan manusia. Setelah peristiwa fertilisasi,
zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan
tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah
proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi
hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu
bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan. HCG membuat hormon keibuan
untuk mengganggu siklus menstruasi normal,membuat proses kehamilan jadi
berlanjut.
Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ ari-ari.
Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu:
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan
menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang page 2 /3 dan pembuluh darah
tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta,
mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion.merupakn
tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.
B. Periode Perkembangan Embrio
Periode
Embrio / organogenesis merupakan suatu periode ketika sel-sel
berada dalam proses pembentukan organ-organ spesifik dalam tubuh embrio.
Merupakan periode dimulainya implantasi sampai saat dimulainya pembentukan
organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar hari ke 12-45, kucing 6-24, dan
kuda 12-50 setelah fertilisasi. Selama periode ini akan terbentuk lamina
germinativa selaput embrionik dan organ tubuh (Toelihere,1979).
Periode perkembangan embrio adalah sebagai berikut:
a. Periode Persiapan
Kedua parent disiapkan untuk melakukan
perkawinan. Gamet mengalami proses pematangan sehingga mampu melakukan
pembuahan.
b. Periode Pembuahan
Kedua parent kawin, gamet melakukan
perjalanan ke tempat pembuahan, kemudian kedua jenis gamet pun melakukan
pembuahan.
c. Periode Pertumbuhan
Awal
Pertumbuhan sejak zigot mengalami pembelahan
berulang kali sampai saat embrio memiliki bentuk primitif yaitu bentuk dan
susunan tubuh embrio masih sederhana dan kasar. Periode ini terdiri dari empat
tingkat:
1) Tingkat Pembelahan
Cleavage atau disebut juga segmentasi terjadi
setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali samapai terdiri dari berpuluh
sel kecil yang disebut blastomere. Pembelahan itu bisa meliputi seluruh bagian,
bisa pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pada umumnya pembelahan itu secara
mitosis. Pada akhir pembelahan akan terbentuk morula yang masif, dalamnya tidak
berongga.
2) Tingkat Blastula
Sementara sel-sel morula mengalami pembelahan
terus-menerus, terbentuklah rongga di tengah, atau pada ayam di bawah germinal
disc. Rongga ini makin lama makin besar, berisi cairan. Embrio yang memiliki
rongga itu kini disebut blastula, rongganya disebut blastocoel.
Pasa Eutheria ini blastula memiliki dua
kelompok sel atau jaringan yang jelas dapat dibedakan:
a)
Embrioblast atau gumpalan sel dalam (inner
cell mass), akan tumbuh menjadi embrio.
b)
Tropoblast, akan menyalurkan makanan dari
uterus induk.
Ada pula yang memberi nama dua daerah utama
blastula, yaitu:
a)
Epiblast, bagi blastomere yang terletak
sebelah atas atau daerah kutub animalus. Sebagian besar akan menumbuhkan
ectoderm.
b)
Hypoblast, bagi blastomere yang terletak
sebelah bawah atau daerah kutub vegetativus. Sebagian besar menumbuhkan
endoderm.
Blastula memiliki daerah-daerah sel yang akan
menjadi bakal pembentuk alat. Pada embryogenesis berikutnya daerah-daerah itu
akan bergerak menyusun diri untuk menjadi lapisan-lapisan atau jejeran sel
tersendiri. Dikenal lima daerah bakal pembentuk alat, yaitu:
· Bakal
ectoderm epidermis,
· Bakal ectoderm
saraf,
· Bakal
notochord,
· Bakal
mesoderm, dan
·
Bakal endoderm (entoderm).
3) Tingkat Gastrula
Pada gastrula akan terbentuk tiga lapisan:
ectoderm, endoderm, dan mesoderm. Dalam proses gastrulasi disamping terus
terjadi pembelahan dan perbanyakan sel terjadi pula berbagai macam gerakan sel
dalam usaha untuk mengatur dan menderetkan sesuai dengan bentuk dan susunan
tubuh individu dari spesies yang bersangkutan. Ada dua kelompok gerakan, yaiu:
a) Epiboli
Gerakan melingkup, terjadi di sebelah luar
embrio. Berlangsung pada bakal ectoderm epidermis dan saraf. Sementara bakal
endoderm dan mesoderm bergerak, epiboli menyesuaikan diri sehinggak ectoderm
terus menyelaputi seluruh embrio.
b) Emboli
Gerakan menyusup, terjadi di sebelah dalam
embrio. Berlangsung pada daerah-daerah bakal mesoderm, notochord, pre-chorda,
dan endoderm. Daerah-daerah itu bergerak kea rah blastocoel. Dibagi atas tujuh
macam, yaitu:
· Involusi,
gerakan membelok ke dalam,
· Konvergensi,
gerakan menyempit,
· Invaginasi,
gerakan melipat suatu lapisan,
· Evaginasi,
gerakan menjulur suatu lapisan,
· Delaminasi,
gerakan memisahkan diri sekelmpok sel dari kelompok utama atau lapiasan asal,
· Divergensi,
gerakan memencar,
·
Extensi, gerakan meluas.
4) Tingkat Tubulasi
a)
Pertumbuhan panjang dan lebar di bagian
kepala, sehingga terangkat dari bagian bawahnya,
b) ertumbuhan
panjang dan besar bagian badan embrio,
c) Pertumbuhan
bagian ekor,
d) Pertumbuhan
melengkung bagian dorsal embrio, sehingga terangkat dari bawahnya,
e)
Periode antara (transisi)
Perantara periode awal dan akhir. Di sini
embrio mengalami transformasi bentuk dan susunan tubuh secara berangsur sehingga
akhirnya mencapai bentuk efinitive yaitu embrio sudah seperti bentuk dewasa,
bentuk dan susunan tubuh merupakan efinitiv setiap spesies hewan. Bagian-bagian
tubuh embrio dari bentuk efinitiv mengalami deferensiasi terperinci dan lengkap
(Yatim, 1990).
f)
Periode pertumbuhan akhir
Pertumbuhan penyempurnaan bentuk efinitive
sampai kelahiran. Bagi hewan yang tidak berberudu sukar membuat batas antara
periode antara dengan periode akhir sehingga digabung menjadi tingkat organogenesis, yakni proses pembentukan
alat tubuh serat mengkoordinasikannya dalam berbagai sistem (Yatim, 1990).
Periode
Kebuntingan Tiap spesies, yaitu
Spesies
|
Lama
Kebuntingan
|
Kuda
|
11 bulan
|
Sapi
|
9 bulan 10 hari
|
Domba
|
5 bulan
|
Babi
|
3 bulan 3 minggu dan 3 hari
|
Anjing
|
2 bulan
|
C. Pembentukan Embrio atau
Organogenesis
Pada
periode embrio/organogenesis ini meliputi pembentukan:
1) Lapisan-lapisan lembaga (germ layer)
a)
Endoderm (Lapisan germ yang paling dalam)
Pertama tampak ketika suatu lapisan sel tunggal
terdorong keluar dari inner cell mass dan tumbuh mengelilingi
blastokul merupakan awal/origo dari sistem digesti, hepar, pulmo, organ
internal lain
b) Mesoderm
(Lapisan germ/lembaga tengah)
Lapisan sel2 inner cell
mass, yang terdorong di antara endoderm dan ektoderm origo dari sistem skelet, otot, sistem
sirkulasi dan sistem reproduksi
c) Ektoderm
(Lapisan germ yang paling luar)
Origo dari sistem syaraf,
organ indera, rambut, gl.mamme (Toelihere,1979).
2)
Trofoblast akan menjadi:
a)
Amnion
Non-vaskuler, berisi cairan
yang dihasilkan fetus bantalan untuk proteksi
Robek saat kelahiran
b) Yolk sac
Sebagai cadangan
makanan. Mammalia: atropi
c) Allantois
Penuh
dengan pembuluh darah menyatu dengan chorion (Allantochorion) membawa
darah ke chorion
d) Chorion
Membran fetus
terluar melekat pada induk (Toelihere,1979).
D. Tahapan Perkembangan pada Masa Embrio
Tahap – tahap proses
perkembangan embrio yaitu melalui tahap awal perkembangan manusia diawali
dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang
dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan
menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan
akan melakukan pembelahan diri/ pembelahan sel (cleavage) menuju
pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.
·
Bulan pertama: Sudah terbentuk
organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, system
saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit embrio berukuran 0,6
cm.
·
Bulan kedua : Tangan dan kaki
sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago).
Embrio berukuran 4 cm.
·
Bulan ketiga : Seluruh organ
tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio
mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
·
Bulan keempat : Sudah disebut
dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janinmencapai berat 100 gram
dengan panjang 14 cm.
·
Bulan kelima : Janin akan
lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan
menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila
dilakukan USG (Ultra Sonographi).
·
Bulan keenam : Janin sudah
dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan
badan (posisi).
·
Bulan ketujuh : Janin bergerak
dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
·
Bulan kedelapan : Janin semakin
aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah,
seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 –
3000m.
·
Bulan kesembilan : Posisi kepala
janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
E. Hormon yang Berperan dalam
Perlembangan Embrio
Mekanisme kerja hormon yang
sangat berperan dalam kebuntingan salah satunya adalah progesterone
yang berfungsi menormalkan/ menekan kerja hormon
estrogen sehingga semua organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga
kebuntingan) (Toelihere,1979).
Estrogen mempengaruhi
pertumbuhan dari endometrium, sedangkan progesteron mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar endometrium.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan
sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
2.
Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Yang
disebut sebagai sel embriogenik.
3.
Tahapan fase embrionik yaitu morula,
blastula, dan gastrula.
4.
Periode perkembangan embrio terdiri dari
periode persiapan, periode pembuahan, dan periode pertumbuhan awal.
5.
Pembentukan embrio atau organogenesis terdiri
dari lapisan-lapisan lembaga? germ layer (endoderm, mesoderm, dan ektoderm),
trofoblast (amnion, yolk sac,allantois dan korion).
6.
Hormon progesterone berfungsi
menormalkan/ menekan kerja hormon estrogen sehingga semua organ
bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. http://diary-veteriner.blogspot.com/2012/02/perkembangan-embrio-sampai-partus.html copyright
parany riyad@webmail.umm.ac.id.
Hafez,
B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed.. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
McDonald,
L.E. 1971. Veterinary Endocrinology and Reproduction. Philadelphia : Lea & Febiger.
Wikipedia,
2012. /
http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan.
Langganan:
Postingan (Atom)