Rabu, 02 Mei 2012

TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO

                                        I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses yang majemuk pada setiap individu ternak. Reproduksi merupakan proses perkembangan suatu makhluk hidup yang dimulai sejak bersatunya sel telur dan sel mani menjadi individu baru yang disebut zigot yang disusul dengan kebuntingan dan diakhiri dengan kelahiran. Usaha peternakan di Indonesia sampai saat ini masih banyak menghadapi kendala yang mengakibatkan produktivitas ternak yang rendah. Hal ini ditengarai dengan banyaknya laporan dari peternak mengenai kasus gangguan reproduksi yang mengakibatkan kerugian yang besar terhadap pemilik ternak.
Seekor ternak membutuhkan perkembangbiakan untuk mempertahankan keturunan dan keberlangsungan kehidupan spesiesnya. Perkembangbiakan adalah proses perkawinan dua ekor ternak, yakni jantan dan betina yang biasa juga disebut sifat reproduksi ternak. Dalam proses reproduksinya seekor ternak membutuhkan sel kelamin (gonad) sebagai substansi yang akan membentuk individu baru, pada ternak dikenal ada dua jenis sel kelamin yakni ovum dan spermatozoa. Proses reproduksi betina dalam menghasilkan ovum (oogenesis) merupakan proses yang kompleks, dimana proses tersebut dimulai pada fase prenatal kemudian dilanjutkan sampai individu tersebut mengalami pubertas.
Perkembangan individu ternak postnatal dalam segi reproduksinya mengalami tahapan yang bertingkat-tingkat, dimana pada ternak betina terjadi proses folikulogenesis yakni proses perkembangan folikel yang terjadi di dalam ovari. Tahapan folikulogenesis berakhir dengan ditandai terjadinya proses ovulasi, yang menghasilkan ovum yang siap untuk tahapan fertilisasi.
Pertemuan antara sel ovum dari ternak betina dengan sel spermatozoa dari ternak jantan secara fisologis disebut fertilisasi yang pada akhirnya akan membentuk embrio (individu baru). Proses reproduksi tersebut berlangsung pada oviduk ternak betina. Kondisi fisiologis ternak berpengaruh pada tahapan ini, setiap ternak yang berbeda spesiesnya akan tahapan folikulogenesisnya, namun pada prinsipnya hampir sama pada beberapa spesies ternak. Pengaruh fisiologis setiap ternak terkait pada kondisi dan pengaruh hormonal dan genetis. Setiap tahapan reproduksi (oogenesis, folikulogenesis dan maturasi oosit) ternak terkait oleh pengaturan gen, dimana pengaturan gen terekspresikan mulai pada fase prenatal sampai postnatal seekor individu. Dalam makalah ini selain akan menjelaskan tentang tahapan-tahapan embrio, periode perkembngan embrio, serta pengaruh hormonal dalam setiap tahapan reproduksi seekor ternak.
Melihat betapa pentingnya proses reproduksi bagi suatu usaha peternakan bila mengingat bahwa tanpa adanya reproduksi, mustahil produksi ternak dapat diharapakan menjadi maksimal. Oleh sebab itu pengelolaan reproduksi merupakan bagian yang amat penting dalam suatu usaha peternakan.

B.  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang fase perkembangan embrio, periode perkembangan embrio, pembentukan embrio atau organogenesis, tahap-tahap embriogenik, serta hormon yang berpengaruh dalam perkembangan embrio.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah diketahuinya fase perkembangan embrio, periode perkembangan embrio, pembentukan embrio atau organogenesis, tahap-tahap embriogenik, serta hormon yang berpengaruh dalam perkembangan embrio pada sapi.

C.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah
1.    Bagaimana fase perkembangan embrio pada sapi ?
2.    Bagaimana periode perkembangan embrio pada sapi?
3.    Bagaimana pembentukan embrio atau organogenesis pada sapi ?
4.    Bagaimana tahap-tahap embriogenik pada sapi ?
5.    Apa hormon yang berperan dalam perkembangan embrio pada sapi ?



II TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan dan perkembangan hewan dimulai sejak terbentuknya zigot. Satu sel zigot akan tumbuh dan berkembang dengan tahap "zigot-morula-blastula-gastrula" hingga terbentuk embrio. Embrio akan berdiferensi sehingga terbentuk berbagai macam jaringan dan organ. Organ-organ akan menyatu dan bergabung menjadi organisme. Kemudian, organisme tumbuh dan berkembang menjadi organisme dewasa (Wikipedia, 2012).
Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa FERTILISASI. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio. Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan. HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal, membuat proses kehamilan jadi berlanjut (Kusmandanu, 2009).
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik (Anonim, 2010).
Hafez (2000) menyatakan bahwa kebuntingan adalah suatu periode fisiologis pasca perkawinan ternak betina yang menghasilkan konsepsi yang diikuti proses perkembangan embrio kemudian fetus hingga terjadinya proses partus yang berlangsung sekitar 278 hari. Perkembangan individu baru selama periode kebuntingan dibagi dalam (1) periode ovum yaitu periode dari sejak terbentuknya zigote, morula dan blastula hingga implantasi yang berlangsung antara 0-13 hari, (2) periode embrio yaitu periode dari perkembangan blastula hingga pembentukan sistem organ termasuk plasenta yang berlangsung antara 13-45 hari dan (3) periode fetus yaitu periode dari pembentukan sistem organ dan plasenta hingga partus yang berlangsung dari 45 hari hingga partus (McDonald, 1975; Peters dan Ball 1987).
Keberhasilan kebuntingan sangat ditentukan oleh beberapa proses penting di antaranya (1) folikel harus memiliki kemampuan menghasilkan sel telur yang mampu dibuahi dan mengalami perkembangan embrionik, (2) lingkungan oviduk dan uterus harus memiliki kelayakan untuk pengangkutan gamet, fertilisasi dan perkembangan embrio dan (3) corpus luteum harus mampu memelihara kebuntingan (Breuel, dkk., 1993). Sesaat setelah ovulasi maka sel telur akan segera masuk ke tuba fallopii melalui infundibulum. Secara berangsur-angsur perubahan fisiologi akan terjadi yaitu 8 jam setelah ovum mengalami fertilisasi dan embrio akan menuju uterus untuk menyiapkan perkembangan selanjutnya. Pembentukan membran plasenta sudah mulai terbentuk pada 15-17 hari setelah fertilisasi yang merupakan periode Maternal Recognation of Pregnancy dan bertujuan untuk mencegah pelepasan prostaglandin F2α dalam melisiskan corpus luteum sehingga keberadaan progesteron dapat dipertahankan dalam memelihara kebuntingan (Call, 1989; Beverly dan Sprott, 2004).
Beverly dan Sprott (2004) menyatakan bahwa kebuntingan dapat ditentukan dalam tiga tahap. Tahap pertama meliputi tahap kebuntingan 30-35 hari; 45 hari; 60 hari dan 90 hari. Kondisi embrio 30-35 hari kebuntingan memiliki panjang sekitar ½ inchi dan terdapat gelembung seperti balon yang berisi cairan dengan diameter ¾ inchi menyelimuti embrio. Usia kebuntingan 45 hari, cornua uteri berisi fetus yang memiliki panjang sekitar 1 inchi. Membran luar dari dinding uterus berisi cairan dan adanya pertautan antara karunkula dengan kotiledon dari membran fetus. Usia kebuntingan 60 hari, cornua uteri yang dihuni oleh fetus nampak membesar hingga mencapai diameter 2½-3½ inchi dan panjang 8-10 inchi. Hal tersebut akan menarik uterus ke dalam rongga tubuh hingga mencapai bagian pinggir dari pelvis.
Saat kepala sperma menembus dinding telur, dan ekornya tertinggal di luar, dan selanjutnya inti telur dan inti sperma bersatu. Setelah bersatu inilah ovum telah menjadi zigot. Zigot merupakan sel diploid (2n) dengan jumlah kromosom 23 pasang. Sambil zigot bergerak kearah uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Zigot akan membelah diri menjadi dua, empat, delapan, enambelas, dan seterusnya, Pada saat embrio mencpai 32 sel disebut morula. Morula ini nanti akan berkembang menjadi blastula. Pada blastula, sel-sel bagian dalam akan membentuk bakal janin atau embrioblas, sedangkan bagian luarnya membentuk trofoblas. Trofoblas ini merupakan dinding yang berfungsi untuk menyerap makanan dan yang pada nantinya akan membentuk plasenta. Selanjutnya blastula bergerak menuju ke uterus, pada dan selama proses ini korpus luteum menghasilakn hormone progesterone. Hormon ini berfungsi untuk implantasi atau perlekatan embrio dengan merangsang pertumbuhan endometrium. Blastula setelah melakukan implantasi juga akan meleoaskan hormone korionik gonadotropin, hormone ini akan melindungi kebuntingan dengan cara menstimulasi hormone estrogen dan progesterone sehingga menstruasi pada primate tidak dapat terjadi. Proses selanjutnya adalah membentuk gastrula atau disebut gastrulasi, yaitu proses proses dimana bagian embrioblas membentuk dua lapisan, yaitu lapisan luar atau ektodermis dan lapisan dalam atau endodermis. Dan pada bagian permukaan dari lapisan ektodermis melakukan invaginasai kedalam membentuk lapisan mesodermis ( Imamabror, 2010).
Proses yang selanjutnya adalah organogenesis atau pembentukan organ. Pembentukan terjadi dari ketiga lapisan dasar. yang akan membentuk organ, jaringan, dan sistem organ. (Syamsuri, 2003).
Setalah proses embryogenesis selesai, maka setelah ini adalah masa fetus perkembangan fetus. Masa ini ditandai dengan penyempurnaan jaringan-jaringan dan organ-organ dalam, serta pertumbuhan tubuh yang pesat. Perkembangan fetus ada tiga tahapan. Tahapan pertama akan terpusat pada perkembnagan fungsi-fungsi organ seperti otak, jantung dan paru-paru. Tahapan kedua adalah pertumbuhan yang terpusat pada alat-alat gerak, dan pada tahapan ketiga bias dikatakan pertumbuhan sudah lengkap (Syamsuri, 2003).


III PEMBAHASAN
A.  Fase Perkembangan Embrio
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik.
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu :
a. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi      sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
b.  Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage).
            Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain:
1.    Sel tunggal (yang telah dibuahi)
2.    Blastomer
3.    Blastula
4.    Gastrula
5.    Neurula
6.    Embrio / Janin
Tahapan fase embrionik yaitu :
a.    Morula
            Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya morula
b.   Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.
c.    Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh. Gastrula pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh embrionya. Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai 3 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm, mesoderm dan endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi page 1 /seperti Vermes, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata dan semua Vertebrata. Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat rendah seperti Porifera dan Coelenterata. Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula.
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :                         
a.    Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b.    Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon) alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c.    Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar
     pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.
Contohnya :
a.    Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Pertumbuhan dan perkembangan manusia. Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan. HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal,membuat proses kehamilan jadi berlanjut.
Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ ari-ari. Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu:
1.    Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan  menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2.    Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
3.    Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang page 2 /3  dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4.    Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion.merupakn tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.

B.  Periode Perkembangan Embrio
Periode Embrio / organogenesis merupakan suatu periode ketika sel-sel berada dalam proses pembentukan organ-organ spesifik dalam tubuh embrio. Merupakan periode dimulainya implantasi sampai saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar hari ke 12-45, kucing 6-24, dan kuda 12-50 setelah fertilisasi. Selama periode ini akan terbentuk lamina germinativa selaput embrionik dan organ tubuh  (Toelihere,1979).



Periode perkembangan embrio adalah sebagai berikut:
a. Periode Persiapan
Kedua parent disiapkan untuk melakukan perkawinan. Gamet mengalami proses pematangan sehingga mampu melakukan pembuahan.
b. Periode Pembuahan
Kedua parent kawin, gamet melakukan perjalanan ke tempat pembuahan, kemudian kedua jenis gamet pun melakukan pembuahan.
c. Periode Pertumbuhan Awal
Pertumbuhan sejak zigot mengalami pembelahan berulang kali sampai saat embrio memiliki bentuk primitif yaitu bentuk dan susunan tubuh embrio masih sederhana dan kasar. Periode ini terdiri dari empat tingkat:
1)   Tingkat Pembelahan
Cleavage atau disebut juga segmentasi terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali samapai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomere. Pembelahan itu bisa meliputi seluruh bagian, bisa pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pada umumnya pembelahan itu secara mitosis. Pada akhir pembelahan akan terbentuk morula yang masif, dalamnya tidak berongga.
2) Tingkat Blastula
Sementara sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus, terbentuklah rongga di tengah, atau pada ayam di bawah germinal disc. Rongga ini makin lama makin besar, berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga itu kini disebut blastula, rongganya disebut blastocoel.
Pasa Eutheria ini blastula memiliki dua kelompok sel atau jaringan yang jelas dapat dibedakan:
a)    Embrioblast atau gumpalan sel dalam (inner cell mass), akan tumbuh menjadi embrio.
b)   Tropoblast, akan menyalurkan makanan dari uterus induk.
Ada pula yang memberi nama dua daerah utama blastula, yaitu:
a)    Epiblast, bagi blastomere yang terletak sebelah atas atau daerah kutub animalus. Sebagian besar akan menumbuhkan ectoderm.
b)   Hypoblast, bagi blastomere yang terletak sebelah bawah atau daerah kutub vegetativus. Sebagian besar menumbuhkan endoderm.
Blastula memiliki daerah-daerah sel yang akan menjadi bakal pembentuk alat. Pada embryogenesis berikutnya daerah-daerah itu akan bergerak menyusun diri untuk menjadi lapisan-lapisan atau jejeran sel tersendiri. Dikenal lima daerah bakal pembentuk alat, yaitu:
·      Bakal ectoderm epidermis,
·      Bakal ectoderm saraf,
·      Bakal notochord,
·      Bakal mesoderm, dan
·      Bakal endoderm (entoderm).
3) Tingkat Gastrula
Pada gastrula akan terbentuk tiga lapisan: ectoderm, endoderm, dan mesoderm. Dalam proses gastrulasi disamping terus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel terjadi pula berbagai macam gerakan sel dalam usaha untuk mengatur dan menderetkan sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan. Ada dua kelompok gerakan, yaiu:
a) Epiboli
Gerakan melingkup, terjadi di sebelah luar embrio. Berlangsung pada bakal ectoderm epidermis dan saraf. Sementara bakal endoderm dan mesoderm bergerak, epiboli menyesuaikan diri sehinggak ectoderm terus menyelaputi seluruh embrio.
b) Emboli
Gerakan menyusup, terjadi di sebelah dalam embrio. Berlangsung pada daerah-daerah bakal mesoderm, notochord, pre-chorda, dan endoderm. Daerah-daerah itu bergerak kea rah blastocoel. Dibagi atas tujuh macam, yaitu:
·      Involusi, gerakan membelok ke dalam,
·      Konvergensi, gerakan menyempit,
·      Invaginasi, gerakan melipat suatu lapisan,
·      Evaginasi, gerakan menjulur suatu lapisan,
·      Delaminasi, gerakan memisahkan diri sekelmpok sel dari kelompok utama atau lapiasan asal,
·      Divergensi, gerakan memencar,
·      Extensi, gerakan meluas.
4) Tingkat Tubulasi
a)    Pertumbuhan panjang dan lebar di bagian kepala, sehingga terangkat dari bagian bawahnya,
b)   ertumbuhan panjang dan besar bagian badan embrio,
c)    Pertumbuhan bagian ekor,
d)   Pertumbuhan melengkung bagian dorsal embrio, sehingga terangkat dari bawahnya,
e)    Periode antara (transisi)
Perantara periode awal dan akhir. Di sini embrio mengalami transformasi bentuk dan susunan tubuh secara berangsur sehingga akhirnya mencapai bentuk efinitive yaitu embrio sudah seperti bentuk dewasa, bentuk dan susunan tubuh merupakan efinitiv setiap spesies hewan. Bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk efinitiv mengalami deferensiasi terperinci dan lengkap (Yatim, 1990).
f)    Periode pertumbuhan akhir
Pertumbuhan penyempurnaan bentuk efinitive sampai kelahiran. Bagi hewan yang tidak berberudu sukar membuat batas antara periode antara dengan periode akhir sehingga digabung menjadi tingkat organogenesis, yakni proses pembentukan alat tubuh serat mengkoordinasikannya dalam berbagai sistem (Yatim, 1990).
Periode Kebuntingan Tiap spesies, yaitu
Spesies
Lama Kebuntingan
Kuda
11 bulan
Sapi
9 bulan 10 hari
Domba
5 bulan
Babi
3 bulan 3 minggu dan 3 hari
Anjing
2 bulan





C.  Pembentukan Embrio atau Organogenesis
            Pada periode embrio/organogenesis ini meliputi pembentukan:
      1)  Lapisan-lapisan lembaga (germ layer)
 a)  Endoderm  (Lapisan germ yang paling dalam)
            Pertama tampak ketika suatu lapisan sel tunggal  terdorong keluar dari inner cell  mass  dan tumbuh mengelilingi blastokul merupakan awal/origo dari sistem digesti, hepar, pulmo, organ internal lain
b) Mesoderm (Lapisan germ/lembaga  tengah)
Lapisan sel2 inner cell mass, yang terdorong di antara endoderm dan ektoderm  origo dari sistem skelet, otot, sistem sirkulasi dan sistem reproduksi
c)  Ektoderm (Lapisan germ yang paling luar)
Origo dari sistem syaraf, organ indera, rambut, gl.mamme (Toelihere,1979).
       2)  Trofoblast akan menjadi:         
a)  Amnion
Non-vaskuler, berisi cairan yang dihasilkan fetus bantalan untuk proteksi  Robek saat kelahiran
 b)  Yolk sac
 Sebagai cadangan makanan. Mammalia: atropi
c)    Allantois    
Penuh dengan pembuluh darah menyatu dengan chorion (Allantochorion)  membawa darah ke chorion
d)   Chorion
Membran fetus terluar melekat pada induk (Toelihere,1979).

D.  Tahapan Perkembangan pada Masa Embrio
Tahap – tahap proses perkembangan embrio yaitu melalui tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan diri/ pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.
·      Bulan pertama:  Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, system saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit embrio berukuran 0,6 cm.
·      Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
·      Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
·      Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janinmencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
·      Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
·      Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan
badan (posisi).
·      Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
·      Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 –
3000m.
·      Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.

E.  Hormon yang Berperan dalam Perlembangan Embrio
Mekanisme kerja hormon yang sangat berperan dalam kebuntingan salah  satunya adalah  progesterone  yang  berfungsi  menormalkan/ menekan  kerja hormon estrogen sehingga semua organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan) (Toelihere,1979).
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium, sedangkan progesteron mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium.
               
BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
2.    Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Yang disebut sebagai sel embriogenik.
3.    Tahapan fase embrionik yaitu morula, blastula, dan gastrula.
4.    Periode perkembangan embrio terdiri dari periode persiapan, periode pembuahan, dan periode pertumbuhan awal.
5.    Pembentukan embrio atau organogenesis terdiri dari lapisan-lapisan lembaga? germ layer (endoderm, mesoderm, dan ektoderm), trofoblast (amnion, yolk sac,allantois dan korion).
6.    Hormon progesterone  berfungsi  menormalkan/ menekan  kerja hormon estrogen sehingga semua organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan).




DAFTAR PUSTAKA


Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed.. Philadelphia : Lippincott      Williams & Wilkins.

McDonald, L.E. 1971. Veterinary Endocrinology and Reproduction. Philadelphia :            Lea & Febiger.

Wikipedia, 2012. / http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan.